Jumat, 17 November 2017
Sabtu, 11 November 2017
TRADISI JUARA
Rimbo ulu, Tradisi juara itulah kami. Tak pernah kami bertanya apa yang telah lembaga berikan untuk kami, akan tetapi kami akan terus berupaya untuk memberikan sesuatu untuk mengharumkan lembaga yang telah membesarkan kami.
Iya kami, siapa lagi kalau bukan kami yang akan membawa perubahan ini, karena kami adalah generasi yang menjadi tumpuan bangsa ini. Darah kami, semangat kami akan terus berkobar untukmu Bangsaku, untukmu Agamaku.
Tradisi juara itulah kami...
"Santri Darul Hikam"
Kamis, 09 November 2017
PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN
A. Asal-Usul Pondok Pesantren
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisonal Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankanpentingnya moralitas dalam beragama sebagai pedoman hidup bermasyarakat. Pondok pesantren yang merupakan media dan lembaga pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman, hal ini bisa dilihat dari perjalanan historisnya, bahwa sesunggunya pondok pesantren dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah Islamiah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak kader-kader ulama dan da'i.
Sebagai suatu lembaga pendidikan Islam, pondok pesantren dari sudut historis kultural dapat dikatakan sebagai training center yang otomatis menjadi cultural central Islam yang disahkan atau dilembagakan oleh masyarakat, setidak-tidaknya oleh masyarakat Islam sendiri yang secara defakto tidak dapat diabaikan oleh pemerintah. Tentang kehadiran pondok pesantren secara pasti di Indonesia pertama kalinnya, di mana dan siapa pendirinya, tidak dapat diperoleh keterangan yang pasti. Berdasarkan hasil pendataan yang dihasilkan oleh Departemen Agama pada tahun 1984-1987 diperoleh keterangan bahwa pesantren tertua didirikan pada tahun 1062 di Pamekasang Madura, dengan nama Pesantren Jan Tampes II. Akan tetapi hal ini juga diragukan, karena tentunya ada pesantren Jam Tampes I yang lebih tua.
Pada masa penjajahan kolonial Belanda, yaitu sekitar abad ke-18-an, nama pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan rakyat terasa sangat berbobot terutama dalam bidang penyiaran agama Islam. Kelahiran pondok pesantren baru, selalu diawali dengan cerita perang nilai antara pondok pesantren yang akan berdiri dengan masyarakat sekitarnya, dan diakhiri dengan kemenangan pihak pondok pesantren, sehingga pondok pesantren dapat diterima untuk hidup di masyarakat, dan kemudian menjadi pioner bagi masyarakat sekitarnya dalam bidang kehidupan moral. Bahkan dengan para santrinya menjaling kontak budaya antara berbagai suku dan masyarakat sekitar.
Kehadiran pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga penyiaran agama dan sosial keagamaan. Dengan sifatnya yang lentur (flexibel), sejak awal kehadirannya pondok pesantren ternyata mampu mengadaptasikan diri dengan masyarakat serta memenuhi tuntutan masyarakat. Walaupun pada masa penjajahan, pondok pesantren mendapat tekanan dari pemerintah kolonial Belanda, pondok pesantren masih bertahan terus dan tetap tegar berdiri, walaupun sebahagian besar berada di daerah pedesaan. Peranan mendidik dan mencerdaskan kehidupan bangsa tetap diembannya. Bahkan pada saat-saat perjuangan kemerdekaan, banyak tokoh pejuang dan pahlawan-pahlawan kemerdekaan yang berasal dari kaum santri.
Dalam perkembangannya, pondok pesantren memang sangat pesat, pada zaman Belanda saja jumlah pesantren di Indonesa telah teridentifikasi sebanyak 20. 000 buah. Perkembangan selanjutnya mengalami pasang surut. Tetapi perkembangan yang paling akhir, dunia pesantren menampakkan trend lain. Di samping masih ada yang mempertahankan sistem "tradisionalnya" dan sebagian yang lainnya membuka sistem madrasah, sekolah umum bahkan ada diantaranya yang membuka semacam lembaga pendidikan kejuruan. Tetapi tidak terlepas dari penghayatan dan pengamalan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moralitas sebagai pedoman hidup untuk berdialektika dengan masyarakat.
Langganan:
Postingan (Atom)